Pemilik Triputra Group

Pemilik Triputra Group

Memulai bisnisnya dengan aplikasi pemesanan taksi pada 2012

Di bawah tangan dinginnya, Grab menjelma sebagai perusahaan teknologi mobile terpandang di Asia Tenggara, dengan memanfaatkan data dan teknologi untuk meningkatkan bisnis, mulai dari transportasi hingga pembayaran dan logistik.

Dalam menjalankan bisnisnya, Grab menggandeng pemerintah, mitra pengemudi, penumpang, dan LSM.

"Kami memulai sebagai aplikasi pemesanan taksi pada tahun 2012, namun telah memperluas platform produk kami," tulis Grab.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Selain GrabCar, GrabBike, dan GrabExpress, Anthony juga telah meluncurkan layanan berbagi tumpangan (GrabHitch), layanan berbagi tumpangan sesuai permintaan (GrabShare), dan pembayaran elektronik (GrabPay).

Layanan Grab telah ditawarkan di berbagai kota di Singapura, Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam.

"Pusat teknik kami di Beijing, Seattle dan Singapura memainkan peran penting dalam mendorong inovasi berkelanjutan di Grab untuk melayani Asia Tenggara dengan lebih baik," tulis Grab.

Kekayaannya tembus Rp12,24 triliun di 2021

Melansir Forbes, Anthony memiliki kekayaan sebesar 790 juta dolar AS di 2021, yang bila dirupiahkan setara Rp12,24 triliun dengan mengacu kurs Rp15.500 per dolar AS.

Kekayaan tersebut melonjak signifikan dibandingkan 380 juta dolar AS di 2019, dan 300 juta dolar AS di 2018. Dengan kekayaan di 2021, dia berhasil bertengger di urutan 47 dari 50 orang terkaya di Singapura pada tahun tersebut.

Berpengalaman di industri otomotif

Melansir dokumen resmi Grab, disebutkan bahwa asal-usul Anthony di industri otomotif sangat kuat, yang mana kakek buyutnya adalah seorang pengemudi taksi.

Sebelum mendirikan Grab, Anthony adalah Kepala Rantai Pasok dan Pemasaran di Tan Chong Group. Perusahaan bergerak pada perakitan dan distribusi kendaraan bermotor dan kendaraan komersial, layanan purna jual dan suku cadang, pendidikan, perdagangan, dan layanan keuangan terkait motor seperti sewa beli, produk dan layanan asuransi, sewa guna usaha, dan langganan, baik di dalam maupun di luar negeri.

"Dia mengepalai logistik dan menciptakan afinitas merek untuk merek-merek otomotif di bawah grup tersebut," tulis dokumen Grab.

Sebelum meniti kariernya, Anthony menempuh pendidikan dan memperoleh kelulusan dengan gelar Bachelor of Arts dengan predikat Honours di bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik dari University of Chicago.

Dia juga memiliki gelar Master of Business Administration (MBA) dengan predikat Honours dari Harvard Business School.

"Anthony memiliki gaya kepemimpinan yang langsung dan sering bepergian ke Asia Tenggara untuk menginspirasi dan berjuang bersama timnya di lapangan," tulis Grab.

Baca Juga: Grab Bakal PHK 1.000 Karyawannya, Badai Terbesar sejak Pandemik

Grab Indonesia donasikan Rp3,5 miliar untuk korban konflik Gaza

Sementara itu, Grab Indonesia bersama OVO mendonasikan dana kemanusiaan sebesar Rp3,5 miliar untuk membantu korban konflik yang terdampak di Gaza (Palestina).

Bantuan tersebut akan disalurkan melalui BenihBaik.com, platform crowdfunding dan CSR marketplace independen di Indonesia.

“Kami berharap bantuan ini dapat turut meringankan penderitaan korban konflik di Gaza, agar dapat dimanfaatkan sesuai yang dibutuhkan di lapangan,” jelas Neneng Goenadi, Country Managing Director, Grab Indonesia.

Grab dan OVO tidak akan pernah mendukung tindakan apa pun yang tidak mengindahkan perikemanusiaan dan perikeadilan. Kami tidak mengambil sikap netral dalam perlindungan kemutlakan hak asasi manusia, dan mendukung segala upaya untuk menciptakan perdamaian yang nyata dan adil.

Baca Juga: Keren! Grab Luncurkan Taksi Online Khusus Perempuan

IDXChannel – Banyak orang yang mungkin belum mengetahui siapa sosok pemilik OLX Group saat ini.

OLX Group adalah sebuah perusahaan teknologi multinasional yang berpusat di Amsterdam, Belanda, yang mengoperasikan sejumlah platform online untuk jual-beli barang bekas dan baru, serta layanan iklan online di seluruh dunia. Platform OLX telah hadir di lebih dari 45 negara, termasuk Indonesia.

Kepopuleran OLX sebagai sebuah platform jual beli dan iklan baris di berbagai negara tentu menjadi sebuah pencapaian yang hebat. Nah, sebenarnya siapakah sosok pemilik OLX Group tersebut?

Perusahaan ini didirikan pada tahun 2006 dengan nama "Dealfish" di Nigeria oleh Fabrice Grinda dan Alec Oxenford. Mereka mendirikan perusahaan tersebut sebagai sebuah craigslist atau situs iklan baris.

Pada tahun 2015, OLX Group diakuisisi oleh Naspers, sebuah perusahaan media asal Afrika Selatan yang berfokus pada teknologi. Dilansir dari situs resmi olxgroup.com, pada Rabu (12/4/2023), Romain Voog merupakan CEO dari OLX Group.

Sebelum bergabung dengan OLX Group, Romain Voog memiliki pengalaman yang panjang di industri e-commerce. Ia diketahui pernah menjabat sebagai CEO perusahaan e-commerce asal Prancis, Cdiscount, yang menjual produk-produk elektronik dan kebutuhan rumah tangga secara online. Selain itu, ia juga pernah menjadi Chief Operating Officer di perusahaan e-commerce asal Belgia, Unigro.

Selain itu, Ia juga sempat berkarier di Carrefour selama lima tahun dan menduduki beberapa jabatan. Ia juga sempat menjadi President & Managing Director di Amazon France sejak 2012 hingga 2015.

Selama masa kepemimpinannya, OLX Group diketahui telah berhasil meningkatkan pangsa pasar di sejumlah negara dan terus mengembangkan bisnis mereka di seluruh dunia. OLX Group saat ini menjadi salah satu platform online terkemuka di dunia yang fokus pada jual-beli barang bekas dan baru, serta layanan iklan online.

Itulah beberapa informasi mengenai pemilik OLX Group Romain Voog yang masih menjabat hingga saat ini.

PT Triputra Agro Persada Tbk adalah sebuah perusahaan agroindustri kelapa sawit dan karet yang berkantor pusat di Jakarta. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2022, perusahaan ini memiliki sejumlah kebun dan pabrik di Jambi, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.[2][3]

Perusahaan ini didirikan pada bulan Januari 2005 dengan nama PT Alam Permata Indah. Pada bulan Maret 2005, nama perusahaan ini diubah menjadi seperti sekarang. Pada tahun 2005, perusahaan ini mengakuisisi tiga perusahaan perkebunan kelapa sawit, yakni PT Brahma Binabakti asal Jambi, PT Kedap Sayaaq Dua asal Kalimantan Timur, dan PT Gawi Bahandep Sawit Mekar asal Kalimantan Tengah. Pada tahun 2007, perusahaan ini mengakuisisi PT Mega Ika Khansa dan bekerja sama dengan PT Union Sampoerna untuk mendirikan PT Union Sampoerna Triputra Persada. Pada tahun 2008, perusahaan ini mengakuisisi PT First Lamandau Timber International, PT Hanamas Jaya Abadi, PT Sukses Karya Mandiri, PT Etam Bersama Lestari, PT Dwiwira Lestari Jaya, PT Yudha Wahana Abadi, dan PT Anugerah Agung Prima Abadi.

Pada tahun 2010, perusahaan ini mengakuisisi PT Hamparan Perkasa Mandiri dan PT Subur Abadi Wana Agung. Pada tahun 2011, perusahaan ini mengakuisisi PT Natura Pasific Nusantara dan mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit melalui PT Gawi Bahandep Sawit Mekar. Pada tahun 2012, PT First Lamandau Timber International juga mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit. Setahun kemudian, PT Muaratoyu Subur Lestari dan PT Yudha Wahana Abadi juga mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit. Pada tahun 2014, perusahaan ini mengakuisisi PT Kutim Agro Mandiri, PT Pradana Telen Agromas, dan PT General Aura Semari. PT Dwiwira Lestari Jaya juga mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit. Pada tahun 2017, perusahaan ini mendivestasi sebagian besar kebun kelapa sawitnya di Kalimantan Barat. PT Hamparan Perkasa Mandiri juga mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit.

Pada tahun 2018, perusahaan ini mendivestasi sisa kebun kelapa sawitnya di Kalimantan Barat. Pada tahun 2019, PT Natura Pasific Nusantara dan PT Sukses Karya Mandiri mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit. Pada tahun 2020, PT Anugerah Agung Prima Abadi mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit. Pada bulan April 2021, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Pada bulan Desember 2021, PT Gawi Bahandep Sawit Mekar mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit.[4] Pada bulan Mei 2022, PT Kedap Sayaaq Dua mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit. Pada bulan Juli 2022, perusahaan ini menggabungkan PT Hanamas Jaya Abadi ke dalam PT First Lamandau Timber International.[2][3]

Pesan TP Rachmat untuk Capai Kesuksesan

Rupanya, TP Rachmat memiliki tiga hal yang selalu diingatnya untuk mencapai sebuah kesuksesan. Pertama adalah learn from mistakes and failures.

Mengutip dari Investor Daily, Kamis (18/7/2024), TP Rachmat mengatakan bahwa pengalaman hidup membuat dirinya sampai pada kesimpulan, bahwa justru berbagai kesalahan dan kegagalan dalam hiduplah, yang paling berharga dan menjadi pendorong kita untuk terus berupaya menjadi the better version of us.

“Mempelajari kenapa kita salah ambil keputusan atau kenapa kita gagal, membuat kita tidak terbawa pada kesalahan dan kegagalan yang sama. Sebaliknya, merayakan keberhasilan atau kemenangan terlalu lama, hanya akan menumpuk rasa bangga dan puas diri, yang membuat kita terlena,” kata TP Rachmat.

Kedua, menurut TP Rachmat, penting sekali untuk memiliki mindset yang positif. Sebab, pola pikir dapat memengaruhi dan melandasi perilaku manusia. Memiliki pola pikir yang keliru dapat membelenggu manusia.

“Membawa manusia pada sikap dan perilaku negatif. Ada fixed mindset, adagrowth mindset. Fixed mindset menempatkan manusia pada posisi pasif, bergantung pada nasib dan keberuntungan. Growth mindset, membawa manusia pada posisi yang lebih aktif, optimis, dan keyakinan bahwa daya upaya akan lebih menentukan daripada nasib atau keberuntungan semata. Fixed mindset memenjarakan, growth mindset membebaskan,” jelasnya.

Baca Juga: Kisah Keluarga Riady Terapkan Meritokrasi di Lippo Group

Lalu, yang ketiga adalah Values. “We have to change with changing time, but we have to hold on to unchanged values.”

“Kata-kata bijak dari sahabat saya, almarhum Benny Subianto itu saya yakini benar. Kita harus terus berubah dan beradaptasi sejalan dengan waktu, namun kita juga harus berpegang teguh pada nilai-nilai luhur. Meluncur terus ke depan, tetapi dengan kaki yang kokoh berpijak pada prinsip-prinsip kehidupan,” pungkasnya.

Nah, itulah pesan yang disampaikan TP Rachmat yang bisa kita terapkan dalam kehidupan. Semoga menginspirasi ya, Growthmates!

JAKARTA - Another company from the Triputra Group officially listed its shares on the trading board of the Indonesia Stock Exchange, namely PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) on Monday, December 20 yesterday.

Dharma Polimetal, which is engaged in the manufacturing sector, follows its sister company, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), which first went public on April 12, 2021.

The Triputra Group is owned by conglomerate Theodore Permadi (TP) Rachmat. Under the Triputra Group, TP Rachmat, who is the nephew of Astra Group founder William Soeryadjaya, controls companies operating in agribusiness, manufacturing, trade and services, mining, pension funds, and foundations.

At least one company from each line of business under the umbrella of the Triputra Group has made an initial public offering (IPO) on the Indonesia Stock Exchange.

The first company owned by TP Rachmat to go public on the IDX was PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) whose IPO was held on November 12, 2011. At that time, ASSA pocketed fresh funds of Rp530.40 billion.

ASSA is a transportation solution company in Indonesia, especially car rental. At least the company manages more than 16,000 fleets and 2,800 drivers serving more than 1,000 companies in Indonesia.

Based on the Triputra Group's official website, ASSA has expanded its service area to all major cities in Indonesia by operating 44 networks and more than 690 authorized vehicle repair outlets.

A year later, a plantation company under the Triputra Group, namely PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), became a public company on June 14, 2013, with an emission value of Rp508.75 billion.

DSNG is engaged in industry, forestry, agriculture and plantations, trade, transportation, construction, and services. DSNG's two main business lines today are the palm oil (CPO) industry and the wood product industry.

Furthermore, PT Kirana Megatara Tbk (KMTR) was listed on the IDX on June 19, 2017, by pocketing funds worth Rp527.82 billion. Kirana Megatawa Group is a rubber producer with a production capacity of more than 500,000 tons per year.

KMTR has 15 rubber processing factories in Sumatra and Kalimantan. Apart from rubber, the company is also expanding its business into commodity lines such as rice, corn, and tapioca.

PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) At the beginning of this year, the issuer of palm oil from the Triputra Group followed the IPO, namely PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) with the acquisition of fresh funds of Rp173.24 billion.

Currently, TAPG has a planting area of 170,000 hectares from 27 plantations. The company's business segments are divided into two, namely palm oil and palm kernel, and rubber. As of September 30, 2020, Triputra Agro Persada's production volume including its entities for FFB was around 1.8 million tons, CPO around 582,247 tons, and PK around 121,114 tons.

The company also has 15 units of palm oil mills with a total capacity of 845 tons per hour. TAPG shares experienced a 7.63 percent decline in the last 6 months with a market capitalization of Rp12.01 trillion.

After enlivening the stock exchange floor with plantation companies, the Triputra Group finally brought in an IPO of its manufacturing entity, PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) at the end of this year with total proceeds of Rp352.94 billion.

DRMA has a business in automotive component manufacturing. Currently, the company is listed as a producer that also has partnerships with a number of major customers. This includes partnerships to become official component suppliers for domestic vehicle manufacturers.

Some of the company's customers are PT Astra Honda Motor, PT Kawasaki Motor Indonesia, PT Astra Daihatsu Motor, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, PT Honda Prospect Motor, PT Suzuki Indomobil Motor, to PT Nissan Motor Indonesia.

The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)

Jakarta, IDN Times - Grab sudah sangat familiar di Indonesia sebagai platform layanan on demand. Ini adalah platform yang memungkinkan pengguna untuk memesan layanan atau produk secara instan melalui aplikasi.

Kamu pasti tidak asing lagi dengan GrabCar, GrabBike, GrabFood, hingga GrabExpress yang merupakan layanan pengiriman barang dan paket yang cepat.

Perusahaan tersebut dimiliki oleh Anthony Tan. Pria berkewarganegaraan Singapura itu menjabat sebagai Group CEO dan Co-Founder Grab.

Baca Juga: Grab Salurkan Rp 16,2 Miliar Hibah untuk Ribuan Mitranya

JAKARTA - Satu lagi perusahaan dari Grup Triputra resmi mencatatkan sahamnya di papan perdagangan Bursa Efek Indonesia, yaitu PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) pada Senin 20 Desember kemarin.

Dharma Polimetal yang bergerak di sektor manufaktur ini menyusul sister company-nya yaitu PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) yang lebih dulu go public pada 12 April 2021.

Grup Triputra dimiliki oleh konglomerat Theodore Permadi (TP) Rachmat. Di bawah Grup Triputra, TP Rachmat yang merupakan keponakan pendiri Grup Astra yaitu William Soeryadjaya ini mengendalikan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis, manufaktur, perdagangan dan jasa, pertambangan, dana pensiun, hingga yayasan.

Setidaknya satu perusahaan dari setiap lini bisnis di bawah payung Grup Triputra sudah melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia.

Perusahaan pertama milik TP Rachmat yang melantai di BEI adalah PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) yang IPO pada 12 November 2011. Saat itu, ASSA mengantongi dana segar senilai Rp530,40 miliar.

ASSA merupakan perusahaan solusi transportasi di Indonesia khususnya rental mobil. Setidaknya perseroan mengelola lebih dari 16.000 armada dan 2.800 sopir yang melayani lebih dari 1.000 perusahaan di Indonesia.

Berdasarkan laman resmi Grup Triputra, ASSA sudah melebarkan area layanannya ke seluruh kota-kota besar di Indonesia dengan mengoperasikan 44 jaringan dan lebih dari 690 outlet perbaikan kendaraan resmi.

Setahun berselang, perusahaan perkebunan di bawah Grup Triputra yaitu PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) menyusul menjadi perusahaan terbuka pada 14 Juni 2013 dengan nilai emisi Rp508,75 miliar.

DSNG bergerak di bidang industri, kehutanan, pertanian dan perkebunan, perdagangan, pengangkutan, pembangunan, serta jasa. Dua lini bisnis utama DSNG saat ini adalah industri kelapa sawit (CPO) dan industri produk kayu.

Selanjutnya PT Kirana Megatara Tbk (KMTR) listing di BEI pada 19 Juni 2017 dengan mengantongi dana senilai Rp527,82 miliar. Kirana Megatawa Group merupakan produsen karet dengan kapasitas produksi lebih dari 500.000 ton per tahun.

KMTR memiliki 15 pabrik pemproses karet di Sumatera dan Kalimantan. Selain karet, perseroan juga mengemabngkan usahanya ke lini komoditas seperti nasi, jagung, dan tapioka.

PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) Pada awal tahun ini, emiten kelapa sawit dari Grup Triputra menyusul IPO yaitu PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) dengan perolehan dana segar Rp173,24 miliar.

Saat ini, TAPG memiliki area penanaman seluas 170.000 hektare dari 27 kebun. Segmen bisnis perseroan terbagi menjadi dua, yaitu minyak sawit dan inti kelapa sawit, serta karet. Per 30 September 2020, volume produksi Triputra Agro Persada termasuk entitasnya untuk TBS sekitar 1,8 juta ton, CPO sekitar 582.247 ton, dan PK sekitar 121.114 ton.

Perseroan juga memiliki 15 unit pabrik kelapa sawit dengan total kapasitas 845 ton per jam. Saham TAPG mengalami pelemahan 7,63 persen dalam 6 bulan terakhir dengan kapitalisasi pasar Rp12,01 triliun.

Setelah meramaikan lantai bursa dengan perusahaan perkebunan, Grup Triputra akhirnya memboyong IPO entitasnya yang bergerak di bidang manufaktur yaitu PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) pada akhir tahun ini dengan raihan dana Rp352,94 miliar.

DRMA memiliki bisnis di bidang manufaktur komponen otomotif. Saat ini perseroan tercatat sebagai produsen yang juga telah memiliki kemitraan dengan sejumlah pelanggan utama. Termasuk di dalamnya adalah kemitraan untuk menjadi suplier komponen resmi perusahaan-perusahaan produsen kendaraan dalam negeri.

Beberapa pelanggan perseroan adalah PT Astra Honda Motor, PT Kawasaki Motor Indonesia, PT Astra Daihatsu Motor, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, PT Honda Prospect Motor, PT Suzuki Indomobil Motor, hingga PT Nissan Motor Indonesia.

Mantan CEO Grup Astra, Theodore Permadi Rachmat atau TP Rachmat merintis usaha miliknya dengan mendirikan PT Triputra Investindo Arya pada tahun 1998 sebagai induk perusahaan dari Adira Mobil dan Adira Finance.

TP Rachmat merupakan lulusan jurusan teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung. Setelah lulus, ia mulai bekerja dan memulai kariernya. Perjalanan karier TP Rachmat ternyata tidaklah mudah, ia memulai kariernya sebagai salesman di Astra pada 1968 di usianya yang sudah memasuki 25 tahun. Meski pamannya William Soeyadjaya merupakan seorang CEO Astra Internasional, TP Rachmat tetap memulai semuanya dari bawah.

Pria yang lahir di Majalengka, 15 Desember 1943 ini akhirnya dipercaya untuk memulai pekerjaannya mengelola United Tractors (anak perusahaan Astra yang bergerak di bidang alat berat) pada tahun 1972. Berkat kerja kerasnya, TP Rachmat terpilih sebagai presiden direktur PT Astra International pada 1984.

Baca Juga: Mengenal Sosok Hariyadi Sukamdani yang Sukses dengan Prinsip Kemandirian

Setelah dari Astra, ia mendirikan perusahaan sendiri, yaitu Triputra Group yang bergerak di beberapa bidang seperti karet olahan, batu bara, perdagangan, manufakturing, agribisnis, dealership motor dan logistik pada Oktober 1998.

Selain itu, bersama Edwin Soeryadjaya, saudara sepupunya, ia turut terlibat membesarkan perusahaan tambang batu bara di Kalimantan, PT Adaro Energy.

TP Rachmat memiliki bagian dari Group Astra sekitar 5% dan ini bukan karena faktor keluarga, tetapi kemampuannya mengembangkan anak bisnis Group Astra International sendiri.

Kini perusahaannya sudah besar dan dikelola anak-anaknya. Ia pun berpesan kepada anak-anaknya, kerja efisien, efektif, berbagi, dan jangan serakah. Ia dikenal bukan hanya sebagai seorang pengusaha, tetapi juga sebagai investor cerdas.

TP Rachmat juga dikenal cukup tegas dalam keluarganya, meskipun anak, keponakan dan menantu terlibat dalam bisnis, mereka tidak langsung bekerja di tempatnya.

Pada 2014, Forbes menempatkan Theodore Permadi Rachmat masuk orang terkaya di Indonesia urutan ke-14 dalam daftar tahunan Forbes dengan capaian nilai harta sebesar 1,85 miliar dollar AS.

Grab sempat dituding dukung Israel

Dilansir South China Morning Post, Chloe Tong, istri CEO Grab, membagikan foto-foto perjalanan keluarganya ke Israel pada Juli 2023 di Instagram, dan mengatakan bahwa dia sangat terpukul dengan apa yang terjadi di negara tersebut.

Grab menanggapi berita tersebut dengan mengatakan bahwa pihaknya berpihak pada kemanusiaan dan harapan akan perdamaian dan gencatan senjata, tanpa menyebutkan salah satu pihak yang berkonflik.

Tong juga sudah mengklarifikasi bahwa unggahannya di Instagram tersebut bersifat pribadi dan dibuat sebelum dia mendapatkan gambaran lengkap mengenai apa yang terjadi di sana.